I've been watching Sayap Jibril on tv. I reckon more lesson learnt as compared to the monotonous tanah kubur. Though i must admit that the popular Tok Adi is one my current favourite characters on TV. Of course, the element of logical condition of Ustaz Rayhan can be questioned, but for dakwah entertainment purposes there are other things which is more important.
The other thing that attracted me is the soundtrack. When it is from Ungu, you would know the depth of their song's quality. When i went through the lyrics, wah.. too powerful! certainly something to ponder. I've been pondering about death these few days. Its never ours to decide when and how. I've been toying around with the idea of What if it was me kind of thing. Am i ready? Am I prepared?
Saat tibe nafas di ujung hela
Mata tinggi tak sanggup bicara
Mulut terkunci tanpa suara
Bila tiba saat berganti dunia
Alam yang sangat jauh berbeda
Siapkah kita menjawab semua
Pertanyaan
Bila nafas akhir terhenti sudah
Jantung hatipun tak berdaya
Hanya menangis tanpa suara
Mati tak bisa untuk kau hindari
Tak mungkin bisa untuk engkau lari
Ajalmu pasti menghampiri
Mati tinggal menunggu saat nanti
Kemana kita bisa lari
Kita pastikan mengalami mati
Mati tak bisa untuk kau hindari
Tak mungkin bisa engkau lari
Ajalmu pasti menghampiri
Mati tinggal menunggu saat nanti
Kemana kita bisa lari
Kita pastikan mengalami
Mati
Saat tibe nafas di ujung hela
Mata tinggi tak sanggup bicara
Mulut terkunci tanpa suara
Bila tiba saat berganti dunia
Alam yang sangat jauh berbeda
Siapkah kita menjawab semua
Pertanyaan
Bila nafas akhir terhenti sudah
Jantung hatipun tak berdaya
Hanya menangis tanpa suara
Mati tak bisa untuk kau hindari
Tak mungkin bisa untuk engkau lari
Ajalmu pasti menghampiri
Mati tinggal menunggu saat nanti
Kemana kita bisa lari
Kita pastikan mengalami mati
Mati tak bisa untuk kau hindari
Tak mungkin bisa engkau lari
Ajalmu pasti menghampiri
Mati tinggal menunggu saat nanti
Kemana kita bisa lari
Kita pastikan mengalami
Mati
No comments:
Post a Comment